Senin, 22 Desember 2014

AQIDAH RAJ’AH DAN FILM HORROR



                Raj’ah adalah salah satu dari sederet akidah sesat kelompok yang menisbatkan dirinya kepada islam, yaitu Syi’ah. Mereka berkeyakinan bahwa ada kebangkitan dari alam kubur sebelum datangnya hari kiamat. Salah seorang ulama Syi’ah Muhammad al-Hasan al-Hariri berkata dalam kitabnya, “ketahuilah bahwa raj’ah adalah hidup kembali setelah mati sebelum datangnya hari kiamat.” (al-liqodz minal Hajah bil Burhan ala raj’ah)

Sabtu, 20 Desember 2014

Malam Minggu Jalan Sama Siapa??

Bismillah ...
Ada yang becanda bertanya "
Malam Minggu ini Mau jalan sama PACAR atau
sama BABI?", lalu yang ditanya malah balik
nanya " lho... apa maksudnya? ",
mari coba baca dan pahami maksud hadis
berikut:
Hadis Rasulullah SAW:
"Berkumpul-kumpul dengan Hewan BABI
(khinzir) lebih baik daripada bersentuhan (secara sengaja) dengan wanita yang bukan Muhrim. (HR. Ibnu Majah).

Minggu, 30 November 2014

Memastikan Rasa

Banyak orang yang memiliki perasaan kepada orang lain. Namun, malas memastikannya. Memiliki rasa lantas berbunga-bunga, tebar pesona kesana kemari demi menarik sang pujaan hati.
Banyak orang yang malas memastikan perasaannya sendiri. Apakah sekedar perasaan sepintas karena paras yang yang menawan? Atau pada lakunya yang santun? Apakah sebuah kekaguman saja kepada seseorang? Apakah hanya sebuah rasa penasaran kepada orang tersebut?
Aku sudah memastikan perasaanku kepada seseorang selama lebih dari sekian tahun dan aku belum bisa mengenalinya dengan baik. Apakah ini benar-benar perasaan yang baik? Ataukah sekedar hasrat yang aku tanggapi secara berlebihan?
Aku tidak mengungkapkannya kepada siapapun, berhati-hati dalam berlaku. Aku tetap saja tidak bisa mengenalinya. Bukan, bukannya aku takut untuk mengatakan, bukannya aku takut untuk menunjukkan. Aku hanya takut kalau perasaan ini bukanlah sesuatu yang seharusnya dituruti. Seperti gejolak-gejolak yang tidak selayaknya diladeni. Aku takut ini hanya sebuah perasaan senang kepada tantangan, sebagai seorang laki-laki yang suka tantangan. Rasa penasaran kepada seseorang yang jika rasa penasaran itu hilang, lantas perasaan itu tidak menjadi bermakna sama sekali.
Aku memastikannya lebih dari sekian tahun. Dalam keberjalanannya pun aku tertarik dan memiliki perasaan kepada yang lain. Lalu aku mempertanyakan perasanku yang pertama tadi. Benarkah aku benar-benar memiliki perasaan kepadanya, mengapa aku tertarik dengan yang lain?
Aku terus mempertanyakannya, memastikan seluruh perasaan itu yang terkumpul menjadi satu. Menganalisanya satu persatu mana yang benar-benar rasa, mana yang sekedar kagum. Mana yang sekedar terpikat paras, mana yang sekedar main-main.
Aku mempertanyakannya hingga hari ini, hari ketika aku masih belum juga mengenalinya. Sampai pada titik dimana aku merasa ada satu hal yang berbeda dari rasa-rasa yang lain, yaitu aku selalu kembali kepadamu. Perasaan itu selalu kembali kepadamu.
Aku tahu ini bukan jawaban yang singkat, nyaris seumur sekolahku aku mencari jawabannya. Sekalipun aku sudah berusaha menghilangkannya. Kini aku berdamai pada diriku sendiri, aku tahu aku selama ini bergerak menujumu. Perasaan itu hanya perlu dipatri pada satu tempat agar tidak kemana-kemana lagi.
Memastikannya membutuhkan waktu yang berbeda setiap orang, bahkan ada yang bertahun-tahun. Delapan tahun? Sembilan tahun? Bahkan lebih. Memendamnya hanya untuk memastikan, benarkah?
Hingga pada jawaban terakhir ketika setiap pemilik rasa mau dan mampu berdamai dengan perasaannya. Ada yang menemukan jawabannya ternyata benar atau ternyata selama ini salah. Ada yang kemudian mundur dengan bahagia. Ada pula yang memastikannya hanya butuh bilangan bulan sejak merasa pertama kali.
Dan untuk memastikannya membutuhkan kesabaran dan ketekunan pendekatan kepada Tuhan.
Tak perlu disyiarkan kepada seluruh dunia agar tahu, tak perlu diwujudkan dalam laku yang norak untuk mencuri perhatian. Diamlah dan dengarkan nasihatku; pastikanlah, pastikanlah, pastikanlah.
Agar kamu tidak seperti pemuda yang tergesa-gesa mengungkapkan perasaanya, pemuda yang terpedaya oleh angan-angannya sendiri.
-Kurniawan Gunadi-

Jumat, 31 Oktober 2014

Jawaban Cerdas Syeikh Asal Suriah

Ketika kelompok Taliban menghancurkan patung Budha raksasa di Afghanistan, saya sedang di Paris. Ketika itu seorang wartawan bertanya kepada saya, "Bagaimana hukum Islam terkait penghancuran patung Budha di Afghanistan?"
Dalam benak saya, ini merupakan pertanyaan sensitif. Memang, dari pertanyaan-pertanyaannya, wartawan ini terkesan anti-Islam, tapialhamdulillah ,sekarang dia sudah menjadi muslim.
Saya katakan kepada wartawan itu, “Saya kira kamu akan bertanya apa hukum muslim Afghanistan yang membunuh saudaranya yang sesama muslim. Ternyata yang kamu tanyakan hanyalah masalah batu. Nyawa orang Afghanistan bagi kalian tidak ada apa-apanya, batu lebih penting."
Lanjutku, "Afghanistan adalah wilayah yang sudah lama dihuni manusia. Islam masuk ke Afghanistan sejak 1400 tahun lalu. Selama 1400 tahun itu, sudah banyak orang shaleh, ulama, orang baik, orang berani, orang kuat, yang jauh lebih dari Taliban itu. Tapi tidak pernah ada yang menghancurkan tempat ibadah agama lain ataupun sesuatu yang disucikan oleh agama lain. Itu berarti, kasus ini tidak ada hubungannya dengan Islam dan Hukum Islam sedikit pun. Ini masalah politik. Jika masalah politik, saya tidak paham. Silakan kamu tanya ke mereka,” ujar saya kepada wartawan itu sambil menunjuk ke arah kerumunan para Menteri.
Beliau adalah Prof. Dr. Tawfik Ramadhan al-Buty. Cerita ini disampaikan kepada Ustadz Saief Alemdar di Kantor beliau. Beliau adalah Ketua Asosiasi Ulama Syam sekaligus Dekan Fakultas Shariah Universitas Damaskus.

Sabtu, 25 Oktober 2014

Cermin Diri

Sebelum kita memberikan cermin kepada orang lain, sebaiknya kita lebih dulu bercermin pada diri sendiri. Pantaskah kita membenci orang lain sedangkan perilaku kita tak jauh lebih buruk. Pantaskah kita menghina orang lain sedangkan diri kitapun hina. Pantaskah kita membicarakan aib orang lain sedangkan diri kita sudah penuh dengan aib. Sungguh, Maha Suci Allah dengan segala asma-Nya.
Seringkali diantara kita membicarakan orang lain dengan komentar atau kritik yang tidak mengenakkan, tanpa disadari bahwa ternyata diri kita lebih buruk dari orang yang kita bicarakan itu.
Astaghfirullah… Bercerminlah kawan sebelum kita memberikan cermin kepada orang lain. “Mulutmu adalah harimaumu”, apa yang kita bicarakan bisa menjadi boomerang bagi diri kita, baik buruk yang keluar dari lisan kita merupakan cerminan hati kita.
Rasulullah bersabda: “Orang Muslim adalah orang yang kaum Muslimin selamat dari lisan dan tangannya.” (HR Bukhari dan Muslim)
Allah berfirman: “Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya.” (QS. Al-Israa’ [17]: 36) “Tidak suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaaf [50]: 18)
Alangkah baiknya untuk kita, tidak sibuk mengurusi keburukan orang lain, lucunya ternyata keburukan kita juga diurus oleh orang lain.
Artinya, kita tak sadar bahwa selama kita membicarakan keburukan orang lain, dibalik itu kita pun juga dibicarakan oleh orang lain. Uruslah keburukan diri kita sendiri, perbaikilah selagi Allah masih memberikan waktu dan kesempatan.
Jadi, kemanapun pergi jangan lupa selalu membawa cermin untuk diri kita :)

Masuk Surga atau Neraka Melalui Persahabatan


SEORANG sahabat bisa lebih baik dan lebih
dekat dari pada saudara atau keluarga,
sahabat juga bisa menjadi seorang yang lebih
jahat dari pada penjahat sekalipun. Itu semua
tergantung bagaimana cara kita berteman, dan
teman seperti apa yang kita pilih.

Islam selalu menuntun kita kepada hal yang
baik. Dalam hal persahabatan juga, pertama
dalam hal niat kita diperintahkan untuk
meniatkan dalam persahabatan hanya untuk
menggapai ridho Allah, bukan untuk
kepentingan pribadi atau golongan. Dan
sebagai contoh adalah persahabatan antara
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para
sahabat-sahabatnya.

Coba renungkan ayat berikut:
ﺎَّﻟِﺇ ٌّﻭُﺪَﻋ ٍﺾْﻌَﺒِﻟ ْﻢُﻬُﻀْﻌَﺑ ٍﺬِﺌَﻣْﻮَﻳ ُﺀﺎَّﻠِﺧَﺄْﻟﺍ َﻦﻴِﻘَّﺘُﻤْﻟﺍ
Artinya : “Teman-teman akrab pada hari itu
sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian
yang lain kecuali orang-orang yang
bertakwa,” (QS. Az-Zukhruf: 67).

Ali bin Abi Thalib menafsirkan ayat diatas: Dua
sahabat yang didasari oleh iman dan dua
sahabat yang didasari kekufuran.
Setelah salah seorang dari sahabat yang
beriman meninggal, dia diberitakan akan
tempatnya di surga. Maka, diapun ingat
terhadap sahabatnya yang masih hidup, dan
berdoa, “Ya Allah, bahwa si fulan itu adalah
sahabat hamba. Dia selalu mengingatkan
hamba untuk taat kepadaMu dan taat kepada
RosulMu. Dan memerintahkan hamba untuk
selalu berbuat baik dan menjauhi yang
mungkar. Dan juga mengingatkan hamba akan
kematian. Ya Allah, janganlah Engkau sesatkan
dia dan perlihatkanlah kepadanya balasan
(surga) sebagaimana Engkau perlihatkan
kepada hamba. Dan ridhoilah dia sebagaimana
Engkau meridhoi hamba.” Maka dikatakan
kepadanya, “pergilah (ke surga) dan jika kamu
mengetahui apa balasan untuknya niscaya
kamu akan banyak tertawa dan sedikit
menangis.”

Dan tatkala yang satunya meninggal, ruh
mereka berdua dikumpulkan dan mereka
berdua diperintahkan untuk memuji satu sama
lain. Maka mereka saling mengatakan, “sebaik-
baiknya saudara, dan sebaik-baiknya teman.”

Salah satu sahabat yang kafir meninggal, dan
diberi kabar tentang tempatnya di neraka.
Maka diapun ingat terhadap sahabatnya. Maka
dia berdoa, “Ya Allah, si fulan adalah
sahabatku, dia selalu memerintahkanku untuk
bermaksiat kepadaMu dan RosulMu. Dan
memerintahkanku untuk mengerjakan hal-hal
yang buruk dan menjauhi hal-hal yang baik.
Dan mengatakan kepadaku bahwa aku tidak
akan bertemu denganMu. Ya Allah, janganlah
Engkau beri hidayah kepadanya sampai Engkau
melihatkan balasan atasnya seperti balasan
atasku. Dan bencilah dia sebagaimana engkau
membenciku.”

Ketika sahabat yang satunya meninggal,
dikumpulkanlah ruh mereka berdua dan
diperintahkan untuk saling mencela, maka
mereka saling mengatakan, “seburuk-buruknya
saudara, dan seburuk-buruknya teman.” Ibnu
Abbas berkata, “Setiap sahabat akan menjadi
musuh kelak di akhirat kecuali yang menjadikan
ketakwaan sebagai dasar dalam
persahabatan.”

Sudahkan sobat memiliki sahabat yang selalu
mengingatkan akan ketaatan kepada Allah dan
RosulNya ? Yang paling penting adalah,
sudahkah sobat menjadi seorang sahabat yang
selalu mengingatkan sahabat lain dalam
kebaikan?
Untuk itu mari kita menjalin persahabatan satu
sama lain dan saling mengingatkan hal yang
baik.

Maaf Dirumah Kami Tidak Ada 'Mahabarata'

SUNGGUH tak layak bagi keluarga muslim
untuk menyetiakan diri di depan layar televisi
sambil bersimpuh khusyu’ menonton
Mahabarata, Khrisna, Mahadewa, dan
sejenisnya yang merupakan parade kisah
sesembahan-sesembahan orang musyrik. Ini
adalah virus akidah yang tak layak berakar di
beranda rumah seorang muslim yang meyakini
hanya Allah sebagai satu-satunya sesembahan
yang berhak disembah dengan benar.
Sungguh kisah-kisah fiktif yang merupakan
rentetan kisah yang mereka dewakan bukanlah
nutrisi, madu atau susu yang harus disuplai di
hadapan anak-anak termasuk di hadapan
orang tua sendiri. Suapan-suapan kisah yang
ada justru akan menjadi virus yang akan
menghantam jantung akidah seorang muslim.
Rasanya begitu memilukan sekiranya keluarga
muslim menjadi hamba bagi kisah fiktif
Mahabarata. Mereka menyediakan dan
mengkhususkan waktu untuk mendengar,
menonton dan menikmati kisah dusta lagi
kufur.
Tak ada risih. Tak ada rasa malu terhadap
mushaf al-Quran yang ada di rak. Tak ada
malu terhadap al-Qur’an yang tersimpan dalam
dada. Tak ada risih terhadap maksiat yang
diperagakan oleh artis India itu. Begitu asyik
dan begitu menikmati.
Kesetiaan mereka untuk duduk di majelis
tontonan ini menandakan adanya ketertarikan
terhadap kisah yang ada. Dewa dan anak dewa
yang ditokohkan oleh lelaki dan wanita yang
mempertontonkan aurat telah mampu menarik
hati sebagian kaum muslimin.
Bagaimana mungkin keluarga muslim duduk
asyik mencerna potongan-potongan kisah
orang musyrik?
Dimanakan wibawa bulan-bulan haram yang
mestinya dimuliakan? Kenapa justru
membiarkan kisah Mahabarata menjadi suapan
dan tuntutan?
Sungguh, kesempurnaan tauhid tergapai apik
dengan meninggalkan sesembahan lain
termasuk kisah picisannya. Ketika Islam
mengharamkan parade ritual kesyirikan yang
dilakoni millah lain maka Islam mengharamkan
pula kaum muslimin untuk larut dalam kisah-
kisah mereka.
Allah berfirman:
ﻓﺎﺟﺘﻨﺒﻮﺍ ﺍﻟﺮﺟﺲ ﻣﻦ ﺍﻷﻭﺛﺎﻥ ﻭﺍﺟﺘﻨﺒﻮﺍ ﻗﻮﻝ ﺍﻟﺰﻭﺭ
“. . .Maka jauhilah penyembahan berhala yang
najis itu dan jauhilah pula qaula az-zur.” (QS
al-Hajj: 30)
Para ulama menyebutkan bahwa makna “qaul
az-zur” adalah semua ungkapan-ungkapan
yang diharamkan termasuk pula ungkapan
dusta. Para ulama juga menjadikan tontonan
terhadap “qaul az-Zur” adalah hal yang haram.
Lihatlah Allah menggandengkan larangan
terhadap “qaul az-zur” dengan larangan
menjauhi sesembahan dan berhala. Anehnya,
justru sebagian kaum muslimin menjadikan
kisah Mahabarata dan sejenisnya yang lebih
dari “qaul az-zur” sebagai hiasan mata dan
telinga di depan layar kaca.
Rumah kita adalah rumah cahaya yang
dipenuhi dengan binar dan kemilau ilmu dan
amal. 
Rumah kita adalah bahtera untuk
menyelematkan penghuninya dari terpaan
ganasnya gelombang fitnah sehingga kelak
berlabuh syahdu di taman Surga dengan
kehendak Allah Rabb alam semesta.
Rumah kita adalah rumah al-Qur’an yang di
dalamnya terbaca ayat-ayat Allah agar
terpahami dengan baik titah-titah Rabb hingga
menjadi pedoman untuk mengukuhkan iman di
musim kemarau yang menggersangkan mata
air takwa.
Rumah kita adalah rumah al-Qur’an yang
ayat-ayatnya terlantukan oleh para
penghuninya agar qalbu tersirami dengan
Kalam Rabbina bak musim hujan yang
menyirami pohon-pohon hingga ia menyemikan
bunga-bunga iman.
Rumah kita adalah madrasah mini yang
didalamnya dibacakan hadits-hadits yang
merupakan konsep hidup sang nabi shllallahu
‘alaihi wasallam hingga para penghuninya
memahami dengan baik bahwa sang nabi
adalah teladan dalam segala lini kehidupan ini.
Tak ada teladan lain selain keteladan yang
pernah diperagakan oleh Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasalllam. Tak ada sosok lain yang
lebih mengagumkan dan layak dikagumi selian
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalllam. Tak
ada kisah lebih heroik yang pernah terkisahkan
di muka bumi sepanjang masa dibandingkan
kisah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalllam.

Kamis, 23 Oktober 2014

Perempuan Pagi

Ku sebut dia perempuan pagi. Lahir lebih cepat dari matahari terbit. Hidup sebelum kokok ayam bersahutan. Sebelum adzan subuh berkumandang. Kau tahu? Dia adalah perempuan segala dunia dan isinya.

Dia mengangkat beban sebelum mata-mata manusia terbangun. Dia mengangkat doa setinggi-tingginya hingga bergetar singgasana Tuhan di langit sana.

Ku sebut dia perempuan pagi. Perempuan yang menyiapkan segala kehidupan sebelum matahari bersinar terang. Melalui tangan dinginnya lahir berbagai macam kasih sayang. Mulai dari makanan yang nikmat dan usapan yang lembut pada wajah. Melalui mata tajamnya lahir berbagai macam cerita. Seandainya mata bisa berbicara, maka seluruh pembicaraan itu adalah sebuah kejujuran tentang cinta yang tak terbantahkan.

Ku panggil dia perempuan pagi. Perempuan yang mungkin sangat lelah tapi dia (katanya) bahagia. Sekalipun waktu dan tenaganya terkuras oleh rasa cinta. Sebuah wujud rasa yang terungkapkan dalam bersihnya rumah, sedapnya sarapan, lembutnya sentuhan. Sebuah cinta yang terungkap dalam doa-doa sunyi. Tidak kami tahu tahu tapi bisa dirasakan betapa dahsyat doanya turut memudahkan langkah ini.

Ku namai dia perempuan pagi. Perempuan yang setiap hari kupanggil ‘Ummi’.

-Kurniawan Gunadi-

Amal Rahasia Pengantar Khusnul Khotimah

Seorang lelaki di Saudi memiliki tetangga yang tak pernah sholat dan berpuasa. Suatu hari, dia bermimpi kedatangan lelaki. Dalam mimpinya itu, lelaki tadi memintanya agar mengajak tetangganya yang tak pernah shalat untuk umrah.

Ia dikejutkan oleh mimpinya namun ia tak hiraukan. Anehnya mimpi yang sama terulang. Akhirnya ia mendatangi seorang syaikh untuk bertanya tentang mimpi tsb. Syaikh berujar bhw jika mimpi terulang lagi, ia mesti merealisasikan mimpinya itu.

Dan benar saja, ia bermimpi lagi. Lantas ia mengunjungi tetangganya untuk menawarkannya umrah bersama.

"Ayo umrah bersama kami."

"Bagaimana aku akan umrah sementara aku tak pernah sholat."

"Tenang saja. Aku akan mengajarkanmu sholat."

Ia pun mengajarkannya kemudian lelaki itu mengerjakan sholat.

"Baik, aku sudah siap. Mari berangkat. Tapi, bagaimana aku umrah sementara aku tak tahu caranya."

"Nanti di mobil kuajari."

Keduanya dgn senang hati berangkat untuk umrah dengan menggunakan mobil. Setelah tiba, mereka melakukan tuntunan yang disyariatkan.

Selesailah prosesi. Keduanya akan kembali pulang.

"Sebelum balik, adakah engkau ingin melakukan sebuah amal yang engkau anggap penting?" Tanyanya kepada tetangganya.

"Iya. Aku ingin shalat dua rakaat di belakang Maqam Ibrahim."

Sang tetangga pun sholat dan terjadilah hal yang menakjubkan. Ia meninggal dalam keadaan bersujud.

Lelaki yang membawanya kaget dan tersentak. Bagaimana mungkin lelaki yang hadir dalam mimpinya dan diajak umrah meninggal seolah-olah dia adalah wasilah kematiannya.

Akhirnya, jenazah dibawa pulang ke rumah istrinya. Ia bertanya dalam hati, bagaimana mungkin lelaki yang tak pernah shalat dan puasa meninggal saat umrah dalam keadaan sujud husnul khatimah? Ia berpikir pastilah ada amal spesial dan rahasia yang dilakukannya.

Kepada istri lelaki tadi, ia bertanya ttg ini.

"Kami memiliki tetangga seorang wanita tua renta. Suamiku begitu menyayanginya. Suamiku selalu membuat sendiri sarapan, makan siang dan makan malam lalu mengantarkannya kpd wanita tua itu. Wanita itu kerapkali mendoakan husnul khatimah untuk suamiku." Ujar sang istri

--------
Kisah di atas kami terjemahkan dari akun seorang ikhwah (Mesir).

Kami teringat nasehat syaikh Rajihi di kelas:

"Usahakan ya ikhwan," kata syaikh, "kalian mesti memiliki amal rahasia yang hanya Alloh dan engkau saja yang tahu. Ini akan membantu kalian mengarungi dunia dan negeri akherat."

Pemuda dalam kisah di atas memiliki amal rahasia yaitu memberi makan wanita tua yang merupakan tetangganya. Ia pun berteman dgn orang shalih yang merupakan wasilah menuju husnul khatimahnya.

"Sungguh," tutur syaikh Sami di hadapan kami, "banyaklah berteman dengan orang-orang sholeh, penghafal alquran, dan lainnya." (012)

Dahsyatnya Dosa Jariyah

Tahukah kita bahwa diantara ragam dosa dan kemaksiatan,ada dosa yang senantiasa mengalir kepada pelakunya walaupun ia dalam tidur atau bahkan walopun ia sudah meninggal,tapi catatan keburukan dosa dan kemaksiatan masih mengalir ke padanya,- waliyadhu billahi

Ia mengalir layaknya air sungi yang terus mengalir hingga bermuara ke lautan,tak pernah mengering dan tak pernah berhenti,shingga pelakunya terus mendapatkan siksa atas aliran dosa tersebut

Inilah dosa yang begitu dahsyat siksanya,siksa pedih yang Alloh timpakan kepadanya berlipat ganda setimpal dengan dosa besar itu

Inilah dosa jariyah (terus mengalir) yang harusnya setiap hamba Alloh mengetahuinya, bukan untuk mencontohkanya tapi mengetahuinya untuk menghindari musibah dosa itu,maka sebagaimana terdapat pahala jariyah dari anak-anak sholeh,ilmu yang bermanfaat dan shadaqoh jariyah,muncul pula dosa jariyah

Apa sajakah dosa-dosa jariyah itu

1. orang yang mempelopori perbuatan maksiat.

Mempelopori dalam arti dia melakukan perbuatan maksiat itu di hadapan orang lain, sehingga banyak orang yang mengikutinya. Meskipun dia sendiri tidak mengajak orang lain untuk mengikutinya. Dalam hadis dari Jarir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً، كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ، مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْء

“Siapa yang mempelopori satu kebiasaan yang buruk dalam islam, maka dia mendapatkan dosa keburukan itu, dan dosa setiap orang yang melakukan keburukan itu karena ulahnya, tanpa dikurangi sedikitpun dosa mereka.” (HR. Muslim).

Pemikul dosa jariyah ini tak menyuruh orang untuk mencontohnya,tapi dengan ia terang-terangan melakukan kemaksiatan itu diantara keramaian manusia sudah mmbuka pintu dosa itu mengenai dirinya

Karena itulah, anak adam yang pertama kali membunuh, dia dilimpahi tanggung jawab atas semua kasus pembunuhan karena kedzaliman di alam ini. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ تُقْتَلُ نَفْسٌ ظُلْمًا إِلَّا كَانَ عَلَى ابْنِ آدَمَ الأَوَّلِ كِفْلٌ مِنْ دَمِهَا

“Tidak ada satu jiwa yang terbunuh secara dzalim, melainkan anak adam yang pertama kali membunuh akan mendapatkan dosa karena pertumpahan darah itu.” (HR. Bukhari, Ibn Majah, dan yang lainnya).

Maka termasuk siapapun manusia yang dalam catatan kehidupanya ia memperlihatkan dari contoh-contoh dosa kepada masyarakat sekelilingnya atau kepada karib kerabatnya maka ia akan ditimpa dengan dosa dari orang-orang yang akan mencontoh perbuatan itu.

Sebagai contoh kasus,insan-insan tv media yang memperlihatkan program-program kemaksiatan,lalu kemaksiatan itu ditiru oleh setiap mata yang memandang dan dicontoh oleh mereka,maka aliran dosanya akan mengalir kepada insan yang mempertotonkan kemaksiatan tersebut

Iklan-iklan tv,sinetron yang mengumbar aurat,adegan pacaran yang dilarang serta seremonila mewah yang sarat dosa, maka aliran dosanya tidak terhenti yang mencontoh kemaksiatan itu tapi juga mengalir kepada yang memproduksi acara kemaksiatan itu,waliyadhu billahi

2 Yang mengajarkan ajaran-ajaran sesat dari kesyirikan,kekufuran dan bidah

مَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ، كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ، لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا

“Siapa yang mengajak kepada kesesatan, dia mendapatkan dosa, seperti dosa orang yang mengikutinya, tidak dikurangi sedikitpun.” (HR. Muslim)

Dari untaian hadits diatas kita mengetahui secara jelas bahwa siapapun manusia yang menyeru kepada setiap kesyirikan,kekufuran dan deretan perilaku bidah maka penyeru atas semua itu mendapatkan limpahan dosa dari yang mengikuti itu semua

Maka semakin menyebar pemikiran sesat itu diantara manusia,maka semakin membanjiri dosa kepada penyerunya,dan semakin hal yang menyimpang menyeruak dianatara manusia akan menyeruak pula pundi-pundi pencetus penyimpangan tersebut,-nasaulullah assalamah wal afiyah

Sungguh tidak ada beban yang paling menyiksa di akherat kecuali adalah beban dosa ketika manusia kelak dihisab oleh Alloh,maka sangat tragis seorang manusia yang tak hanya membawa dosa ia sendiri tapi juga memikul dosa dari orang lain disebabkan dosa jariyah yang ia cetuskan

Semoga Alloh melindungi kita dari segala dosa-dosa jariyah dan menggantinya dengan pahala jariyah

Barokallah fikum
La tansana min duaikum
Jangan lupakan kami dalam doa kebaikanya

-Oemar mita-

Potret Wanita Pada Zaman Rasulullah SAW

Rata-rata kaum wanita pada masa Rasulullah saw. tidak ketinggalan ikut berlomba meraih kebaikan, meskipun mereka juga sibuk sebagai ibu rumah tangga. Mereka ikut belajar dan bertanya kepada Rasulullah saw.

Wanita yang paling setia kepada Rasulullah adalah Khadijah yang telah berkorban dengan jiwa dan hartanya. Kemudian Aisyah, yang banyak belajar dari Rasulullah kemudian mengajarkannya kepada kaum wanita dan pria. Bahkan, ada pendapat ulama yang mengatakan, seandainya ilmu seluruh wanita dikumpulkan dibanding ilmu Aisyah, maka ilmu Aisyah akan lebih banyak. Begitulah Rasulullah saw. memuji Aisyah.

Ada seorang wanita bernama Asma binti Sakan. Dia suka hadir dalam pengajian Rasulullah saw. Pada suatu hari dia bertanya kepada Rasulullah,”Ya Rasulullah saw., engkau diutus Allah kepada kaum pria dan wanita, tapi mengapa banyak ajaran syariat lebih banyak untuk kaum pria? Kami pun ingin seperti mereka. Kaum pria diwajibkan shalat Jum’at, sedangkan kami tidak; mereka mengantar jenazah, sementara kami tidak; mereka diwajibkan berjihad, sedangkan kami tidak. Bahkan, kami mengurusi rumah, harta, dan anak mereka. Kami ingin seperti mereka. Maka, Rasulullah saw. menoleh kepada sahabatnya sambil berkata, “Tidak pernah aku mendapat pertanyaan sebaik pertanyaan wanita ini. Wahai Asma, sampaikan kepada seluruh wanita di belakangmu, jika kalian berbakti kepada suami kalian dan bertanggung jawab dalam keluarga kalian, maka kalian akan mendapatkan pahala yang diperoleh kaum pria tadi.” (HR Ibnu Abdil Bar).

Dalam riwayat Imam Ahmad, Asma meriwayatkan bahwa suatu kali dia berada dekat Rasulullah saw. Di sekitar Rasulullah berkumpullah kaum pria dan juga kaum wanita. Maka beliau bersabda, “Bisa jadi ada orang laki-laki bertanya tentang hubungan seseorang dengan istrinya atau seorang wanita menceritakan hubungannya dengan sumianya.” Maka tak seorang pun yang berani bicara, maka saya angkat suara. “Benar ya Rasulullah, ada pria atau wanita yang suka menceritakan hal pribadi itu.” Rasulullah menimpali, “Jangan kalian lakukan itu, karena itu jebakan syaitan seakan syaitan pria bertemu dengan syaitan wanita, kemudian berselingkuh dan manusia pada melihatnya.”

Ada juga wanita yang tabah dalam kehidupan rumah tangga yang serba pas-pasan tapi tidak pernah mengeluh seperti Asma’ binti Abi Bakar dan Fatimah. Kutub Tarajim membenarkan cerita tentang Fatimah. “Suatu saat dia tidak makan berhari-hari karena nggak ada makanan, sehingga suaminya, Ali bin Abi Thalib, melihat mukanya pucat dan bertanya,”Mengapa engkau ini, wahai Fatimah, kok kelihatan pucat?”

Dia menjawab,”Saya sudah tiga hari belum makan, karena tidak ada makanan di rumah.”

Ali menimpali,”Mengapa engkau tidak bilang kepadaku?”

Dia menjawab,”Ayahku, Rasulullah saw., menasehatiku di malam pengantin, jika Ali membawa makanan, maka makanlah. Bila tidak, maka kamu jangan meminta.”

Luar biasa bukan?

Ada juga wanita yang diuji dengan penyakit, sehingga dia datang kepada Rasulullah saw. meminta untuk didoakan. Atha’ bin Abi Rabah bercerita bahwa Ibnu Abbas r.a. berkata kepadaku,”Maukah aku tunjukkan kepadamu wanita surga?”

Aku menjawab,”Ya.”

Dia melanjutkan,”Ini wanita hitam yang datang ke Rasulullah saw. mengadu, ‘Saya terserang epilepsi dan auratku terbuka, maka doakanlah saya.’ Rasulullah saw. bersabda, “Jika kamu sabar, itu lebih baik, kamu dapat surga. Atau, kalau kamu mau, saya berdoa kepada Allah agar kamu sembuh.”

Wanita itu berkata,”Kalau begitu saya sabar, hanya saja auratku suka tersingkap. Doakan supaya tidak tersingkap auratku.”
Maka, Rasulullah saw. mendoakannya.

Begitulah peranan wanita pada masa Rasulullah saw. Mereka berpikir untuk akhiratnya, sedang wanita sekarang yang lebih banyak memikirkan dunia, rumah tinggal, makanan, minuman, kendaraan, dan lain-lain. Astaghfirullah.

Beda Usia 60 Tahun, Kisah Cinta Ini Dikenang Sejarah


Bismillahirrahmanirrahim

Lelaki itu duduk bersama gadis yang baru dinikahinya. Ketika dibuka tutup kepalanya, terlihatlah banyak uban yang berlomba menampakkan dirinya. Sang istri, menyeksamai kejadian itu, sepenuh syahdu.

Suami yang beruban banyak itu berkata, “Apakah kamu kaget menyaksikan jumlah ubanku?” Yang ditanya, istri barunya itu, tersipu malu, hanya senyum simpul yang ditampakkannya. Lanjut suaminya, “Tapi yakinlah, hanya ada kebaikan dalam uban-ubanku ini.”

Selanjutnya, keduanya memadu kasih dalam balutan ketaatan dan ketaqwaan kepada Tuhan yang mereka cintai, sepenuh syahdu, selaksa rindu dan setumpuk sayang karena iman.

Lantas, dalam sebuah kesempatan berdua, sang lelaki layaknya tak puas dengan jawaban istrinya tempo hari. Bukan, bukan karena ia meragukan cinta istrinya. Ia hanya khawatir jika cintanya kepada istrinya itu telah merenggut masa remaja yang baru dilaluinya itu.

Pasalnya, sang suami umurnya sudah kepala delapan. Sedang sang istri yang cantik, jelita nan rupawan berbalut shalihah dan cerdas itu, baru berkepala dua. Bahkan, dari jalur riwayat lain, usia istrinya itu baru memasuki angka delapan belas tahun. Ada jeda 60 tahun antara cinta kedua pasangan melegenda ini.

Sang suami, bertanya malu-malu, “Apakah kamu merasa merugi menjadi istriku, Sayang?” Begitu kurang lebih tafsir dari tanyanya. Sang istri, tak kalah syahdunya menukasi, “Memangnya apa alasan yang harus membuatku merasa demikian, Kasih?” Aduhai, romantisnya.

Suami yang telah terjamin surga baginya itu, menjawab, agak pelan. Katanya, “Apakah kau tidak merasa merugi karena menikah dengan lelaki setuaku ini?” Yang dimaksud sang suami, adalah kesadaran terdalam. Bahwa istrinya juga punya hak untuk mendapat lelaki yang usianya sebaya dengan tingkat keshalihan juga, tentunya.

Lalu, apa jawaban sang istri? Mari seksamai tafsir dari jawabannya, “Aku lebih suka menghabiskan hidup bersama orang yang telah menghabiskan waktu mudanya bersama Rasulullah yang mulia.”

Rupa-rupanya, yang meluncur justru pujian dari sang istri. Apalah artinya usia muda jika habis untuk maksiat dan kesia-siaan? Maka tua adalah lebih penting dan membanggakan jika dimanfaatkan, ketika mudanya, untuk taat. Apalagi, ketaatan terbaik bersama Rasulullah yang terkasih.

Maka cinta mereka bertumbuhkembang dalam kebaikan tanpa batas. Hingga sang istri menjadi tameng ketika suaminya dibunuh rame-rame oleh pemberontak. Bahkan, dua diantara sepuluh jari tangannya menjadi saksi karena ikut terluka dan terpotong oleh para pemberontak.

Kemudian, ketika ia telah menjanda, ditanyakanlah kepadanya, “Apakah kau berkehendak menikah lagi?” Mungkin, karena usianya masih muda. Berpikir, ia masih membutuhkan pemenuhan kebutuhan biologis yang memang tak bisa diwakilkan dan harus terpenuhi dengan baik.

Tetapi, sebab cintanya kepada suami pertamanya yang syahid oleh pemberontak itu, istri yang masih muda menawan rupawan nan shalihah itu menjawab, “Aku tidak ingin ada orang lain yang lebih mengetahui fisik dan psikisku, selain ‘Utsman bin ‘Affan.”

Ialah kisah abadi yang tak lekang oleh batas waktu dan tempat. Wanita beruntung yang menjadi istri terakhir Sayyidina ‘Utsman bin ‘Affan adalah Nailah. Maknanya, wanita yang beruntung. Dia beruntung sebab mampu memaknai cinta sejati. Kepada suami yang menghabiskan hidupnya bersama Rasulullah SAW, cinta kepada Rasulullah Saw yang telah membawa Islam kepadanya dan kepada Allah SWT yang telah menunjukinya kepada hidayah. Sebab sebelumnya, ayah dari wanita itu beragama Nasrani.[pirman]

Subhanallah walhamdulillah wala ilaha illallah wallahu akbar Walahaulawala Quwwata illabilla hil ‘aliyil ‘azhim. Allahumma sholli ‘ala Muhammad, wa ‘ala ali Muhammad. Astaghfirullahal ‘azhim wa atubu ilaih.

Suatu Hari Nanti

Suatu hari akan ada seseorang yang cukup baik budinya untuk membuat tertarik. Cukup luas hatinya untuk tempatmu tinggal. Cukup bijaksana pikirannya untuk kamu ajak bicara. 

Kamu tidak perlu menjadi orang lain untuk mempertahankan seseorang, tetap jadilah diri sendiri. Kamu pun tidak (dan jangan) menuntut orang lain menerima keadaanmu bila ia memang tidak mampu menerimanya. Karena yang baik belum tentu tepat. 

Orang baik itu banyak sekali dan hanya ada satu yang tepat. Selebihnya hanyalah ujian. Kamu tidak pernah tahu siapa yang tepat sampai datang hari akad. Tetaplah jaga diri selayaknya  menjaga orang yang paling berharga untukmu. Karena kamu sangat berharga untuk seseorang yang sangat berharga buatmu nantinya. 

Suatu hari akan ada orang yang cukup baik dan cukup luas hatinya untuk kamu tinggali. Cukup kuat kakinya untuk kamu ajak jalan bersama. Lebih dari itu, ia mampu menerimamu yang juga serba cukup.

-Kurniawan Gunadi-

Aku Mencintaimu, Kamu Tak Perlu Tahu

Itulah cerita tentang Bumi, laki-laki seusia kita yang sedang diam-diam menyukai adik kelasnya. Namanya Mentari.


Hampir setiap hari Bumi mencuri pandang kepada Mentari. Tapi namanya saja Mentari, setiap kali berusaha melihatnya. Bumi cepat-cepat menunduk, silau. Bumi selalu merasakan kehadirannya, merasakan kehilangannya ketika malam tiba.

Resah sekali laki-laki ini. Setiap hari tak pernah terlewatkan hatinya menyebut nama Mentari dan selalu lebih dari sekali, minimal 5 kali sehari. Aku yang mengenal Bumi pernah menasihatinya, mengapa ia tak mengungkapkannya saja kepada Mentari? Bumi menolak mentah-mentah.

"Kau tahu Kawan? Seandainya aku mengungkapkannya, akan ada banyak hal yang hancur."

Aku tidak mengerti, apanya yang hancur?

Paling tidak aku tahu jika Bumi mencintai Mentari sebagaimana dulu Ayahku pertama kali bertemu Ibu Malu-malu memandang, enggan-enggan mendekat. Dan Bumi, laki-laki dengan caranya sendiri, mendekati Mentari dengan cara yang tidak pernah aku pahami.

"Aku mendekatinya dengan doa, Kawan."

Ayolah, Mentari itu menarik sekali. Auranya begitu dekat, kita bisa merasakan kehadirannya ketika memulai hari. Merasa begitu kesepian tanpanya di malam hari. Seolah kehilangannya adalah akhir dunia.

Tentu saja, kehilangan Mentari benar-benar akan menjadi akhir dunia bagi Bumi. Kisah yang kapan selesainya ini, aku semakin tak mengerti. Bumi tetap saja di tempatnya.

"Aku mencintainya dan dia tidak perlu tahu."

"Aku yakin. Pada masanya, Tuhan sendiri yang akan memberitahu dan kami dengan sendirinya akan mendekat, bersabarlah untuk waktu itu Kawan."

Aku mengalah, gemas bukan main menasihati orang-orang seperti Bumi. Disaat penduduk planet ini mengungkapkan perasaannya semudah memesan es teh di warung makan. Bumi enggan. Mentari tidak pernah tahu, entah sampai kapan.

"Kira-kira, apa kamu tahu perasaan mentari?" aku bertanya kepada Bumi.

"Aku yakin dia juga mencintaiku."

"Kau yakin sekali!"

"Bukan cinta kalau ia tidak membuatmu yakin," Bumi tersenyum penuh arti.

Aku masih tidak mengerti apa yang dia katakan.


-Kurniawan Gunadi-

Senin, 20 Oktober 2014

Pengaruh Kekuasaan Allah


Soal   : Karena apa kita yakin adanya Allah SWT?

Jawab: Kita yakin dan mantap bahwa Allah SWT. itu ada karena pengaruh-pengaruh kekuasaan-Nya dan bukti bukti kebijaksanaanNya yang kita saksikan -sekalipun kita tidak meiihat-Nya dengan mata kepala dan tidak mendapati hakikat-Nya dengan pikiran atau angan-angan kita- sebab di dalam benda buatan (makhluk) tersebut terdapat dilalah atau petunjuk terhadap pem­buatnya dan dalam keteraturannya terdapat tanda Sang Pembuat yang bijak. Demikian juga dengan seorang yang melihat sebuah bangunan yang men­julang tinggi, tentu ia mengerti bangunan itu pasti ada yang membuatnya. Barangsiapa yang melihat sebuah tenda yang berdiri di tanah lapang, maka ia mengerti bahwa kemah tersebut pasti ada yang men­dirikan, sebagaimana juga orang yang melihat makhluk-makhluk di bumi dan langit akan mantap dan yakin bahwa semuanya ada yang membuatnya yang kemampuan dan sifat-sifat-Nya sangat sempurna.

Allah SWT. berfirman:

أفلا ينظرون إلى الإبل كيف خلقت، وإلى السما ء كيف رفعت، وإلى الجبال كيف نصبت، وإلى الأرض كيف سطحت

   “Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan. Dan langit, bagaimana ia (ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?” (QS. 88, al-Ghasyiyah: 17-20)

وا ية لهم الليل نسلخ منه النهار فإذا هم مظلمون, والشمش تجرى لمستقرلها ذلك تقد ير العزيز العليم

“Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam; kami tanggalkan siang dari malam itu, maka dengan serta merta mereka berada dalam kege­lapan. Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (QS. 36, Yasin: 37-38)

Ciptaan-ciptaan Allah SWT. dan makhluk-makhluk-Nya di bumi dan langit semuanya menjadi saksi atas ketuhanan-Nya dan menegaskan ke-Esaan-Nya, Semoga Allah memberi kebaikan kepada orang berkata: Sungguh mengherankan, bagaimana Tuhan didurhakai, . atau bagaimana orang yang ingkar mengingkariNya. Dalam segala sesuatu ada tanda yang menunjukkan bahwa Tuhan itu hanya satu.

Dan Allah mempunyai pengaruh nyata dalam setiap gerak dan diam.

Sebagian ulama pernah ditanya tentang dalil keberadaan Allah SWT, lalu ia menjawab; kotoran unta menunjukkan adanya unta, kotoran keledai menunjukkan adanya keledai, bekas telapak kaki di jalan menunjukkan adanya orang lewat di situ, dan langit yang memiliki bujur (zodiac), bumi yang memiliki banyak lindasan dan celah, dan laut yang memiliki banyak gelombang, semuanya menunjuk­kan Sang Pencipta Yang Maha Teliti.

Imam Abu Hanifah dalam sebuah dialog dengan orang-orang Atheisme mengatakan: “Apakah masuk akal, sebuah kapal yang meluncur di permukaan laut yang dalam, diterpa gelombang dahsyat dan angin kencang, sedangkan kapal tetap berjalan lurus tanpa nakhoda?” Orang-orang Atheis itu menjawab: ‘Tidak, tidak dapat diterima akal.” Imam Abu Hanifah berkata: “Apabila hal itu tidak dapat diterima akal, maka bagaimana mungkin alam raya yang membentang atas dan bawah beserta kondisi yang beraneka ragam ini tanpa ada yang membuat?”

Perlu diingat, bahwa orang yang merenungkan bumi, langit dan keajaiban-keajaiban makhluk-makhluk di antara keduanya dan tidak memper­cayai, bahwa semuanya tidak mempunyai Tuhan dan pencipta, maka orang itu tidak sehat akal pikirannya dan gelap hatinya, ia mengalami desersi dan ia diselimuti kerusakan. Orang tersebut termasuk yang difirmankan oleh Allah SWT. dalam ayat Al Qur’an:

ولقد ذرأنا لجهنم كثيرا من الجن والإنس لهم قلوب لايفقهون بها ولهم اعين لا يبصرون بها ولهم  أذن لايسمعون بها أولئك كالأنعام

بل هم أضل أولئك هم الغافلون

“Dan sesungguhnya kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS. 7, al-A’raf: 179)

Binatang-binatang ternak dan hewan-hewan lainnya, bahkan tumbuh-tumbuhan dan batu-batuan saja mengakui penciptanya sebagai Tuhan Yang Maha Esa, andaikata dapat berbicara, pasti mengungkapkan pengakuannya itu.

Allah SWT. berfirman:

تسبح له السماوات السبع والأرض وما فيهن  وإن من شيءٍ الا يسبح بحمده   ولكن لا تفقهون تسبيحهم   إنه  كان حليما غفورًا

“Langit yang tujuh bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah, dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” (QS- 17, Al Isra’ :  44)

اولم يروا إلى ماخلق الله من شيئ ٍ يتفيؤ ظلا له عن اليمين والشمائل سجّد الله وهم داخرون ، ولله يسجد ما فى السموات وما في الأرض من دابة والملائكة  وهم لا يشكرون  يخافون ربهم من فوقهم ويفعلون  ما يؤمرون

“Dan apakah mereka tidak memperhatikan segala sesuatu yang telah diciptakan Allah yang bayangannya berbolak-balik ke kanan dan ke kiri dalam keadaan sujud kepada Allah, sedang mereka berendah diri? Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan semua makhluk yang melata di bumi dan (juga) para malaikat, sedang mereka (malaikat) tidak mmyombongkan diri. Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka dan melaksanakan apa yang di­perintahkan (kepada mereka)”  (QS. 16, an-Nahl: 46-50)

@habibjindan
@ahmadnsj

Rabu, 15 Oktober 2014

Meyakini Hukum Thagut Lebih Baik dari Hukum Allah

Meyakini adanya petunjuk yang lebih sempurna
dari Sunnah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Orang yang meyakini bahwa ada petunjuk lain
yang lebih sempurna dari petunjuk Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam, atau orang meyakini bahwa ada hukum lain yang lebih baik daripada hukum Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, seperti orang-orang yang lebih memilih hukum-hukum Thaghut daripada hukum Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, maka ia telah kafir.

Termasuk juga di dalamnya adalah orang-orang
yang meyakini bahwa peraturan dan undang-
undang yang dibuat manusia lebih afdhal (utama) daripada sya’riat Islam, atau orang meyakini bahwa hukum Islam tidak relevan (sesuai) lagi untuk diterapkan di zaman sekarang ini, atau orang meyakini bahwa Islam sebagai sebab ketertinggalan ummat. Termasuk juga orang- orang yang berpendapat bahwa pelaksanaan hukum potong tangan bagi pencuri, atau hukum rajam bagi orang yang (sudah menikah lalu) berzina sudah tidak sesuai lagi di zaman sekarang.

Juga orang-orang yang menghalalkan hal-hal
yang telah diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Rasul-Nya Shallallahu 'alaihi wa
sallam berdasarkan dalil-dalil syar’i yang telah
tetap, seperti zina, riba, meminum khamr, dan
berhukum dengan selain hukum Allah atau selain itu, maka ia telah kafir berdasarkan ijma’ para ulama.

Allah Ta’ala berfirman:
ﺃَﻓَﺤُﻜْﻢَ ﺍﻟْﺠَﺎﻫِﻠِﻴَّﺔِ ﻳَﺒْﻐُﻮﻥَ ۚ ﻭَﻣَﻦْ ﺃَﺣْﺴَﻦُ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺣُﻜْﻤًﺎ ﻟِّﻘَﻮْﻡٍ
ﻳُﻮﻗِﻨُﻮﻥَ
Apakah hukum Jahiliyyah yang mereka
kehendaki? Dan (hukum) siapakah yang lebih
daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang
yakin?” [Al-Maa-idah: 50]

Allah Ta’ala berfirman:
ﻭَﻣَﻦ ﻟَّﻢْ ﻳَﺤْﻜُﻢ ﺑِﻤَﺎ ﺃَﻧﺰَﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻓَﺄُﻭﻟَٰﺌِﻚَ ﻫُﻢُ ﺍﻟْﻜَﺎﻓِﺮُﻭﻥَ
“... Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang yang kafir.” [Al-Maa-idah: 44]

Allah Ta’ala berfirman:
ﻭَﻣَﻦ ﻟَّﻢْ ﻳَﺤْﻜُﻢ ﺑِﻤَﺎ ﺃَﻧﺰَﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻓَﺄُﻭﻟَٰﺌِﻚَ ﻫُﻢُ ﺍﻟْﻔَﺎﺳِﻘُﻮﻥَ
“... Barangsiapa tidak memutuskan perkara
menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik.” [Al-Maidah: 47]

Sumber almanhaj.or.id

Kalimat indah dari Dr. Aid Al Qarni


         نحن لا نملك تغییر الماضي
Kita tdk bisa merubah yg telah terjadi

            و لا رسم المستقبل ..
Jg tdk bisa menggariskan masa depan

         فلماذا نقتل انفسنا حسرة
Lalu mengapa kita bunuh diri kita dgn penyesalan?

        على شيئ لا نستطیع تغییره؟
Atas apa yg sdh tdk bisa kita rubah

  الحیاه قصیرة وأهدافها كثيرة
Hidup itu singkat sementara targetnya banyak

             فانظر الى السحاب
           و لا تنظر الى التراب ..
Maka, tataplah awan dan jgn lihat ke tanah

           اذا ضاقت بك الدروب
             فعلیك بعلام الغیوب
      و قل الحمدلله على كل شيئ
Kalau merasa jalan sdh sempit, kembalilah ke Allah yg Maha Mengetahui yg gaib!
Dan ucapkan alhamdulillah atas apa saja.

 سفينة (تايتنك) بناها مئات الاشخاص
Kapal titanic dibuat oleh ratusan orang

وسفينة ( نوح ) بناها شخص واحد
Sedang kapal nabi Nuh dibuat hanya oleh satu orang

  الأولى غرقت والثانية حملت البشرية
Tetapi, Titanic tenggelam. Sedang kapal Nabi Nuh menyelamatkan umat manusia

     التوفيق من الله سبحانه وتعالى 
Taufik hanya dari Allah swt

       نحن لسنا السكان الأصليين
          لهذا الكوكب الأرض !!
       بل نحن ننتمي إلى ( الجنّة )
Kita bukanlah penduduk asli bumi, asal kita adalah surga

           حيث كان أبونا أدم
            يسكن في البداية
           لكننا نزلنا هنا مؤقتاً 
        لكي نؤدّي اختبارا قصيرا
            ثم نرجع بسرعة ..
Tempat, dimana org tua kita, Adam, tinggal pertama kali.
Kita tinggal di sini hanya untuk sementara,
Untuk mengikuti ujian lalu segera kembali.

فحاول أن تعمل ما بوسعك
لتلحق بقافلة الصالحين
التي ستعود إلى وطننا الجميل الواسع
و لا تضيع وقتك في هذا الكوكب الصغير
Maka berusahalah semampumu,
Untuk mengejar kafilah org2 salih, Yang akan kembali ke tanah air yg sgt luas
Jgn sia2kan waktumu di planet kecil ini..!

الفراق: ليَس السفِر، ولا فراق الحب، حتىّ الموت ليس فراقاْ
سنجتمَع في الآخره
الفراق هو: أن يكون أحدنا في الجنه،
والآخر في النار

جعلني ربي واياكمَ من سكان جنته..
Perpisahan itu bukanlah karena perjalanan yg jauh,
Atau karena ditinggal orang tercinta,
Bahkan, kematian pun bukanlah perpisahan, sebab kita pasti akan bertemu di akhirat.
Perpisahan itu adalah,
Jika salah satu diantara kita di surga dan yg lain di neraka.

Semoga Allah swt menjadikan kita semua sebagai penghuni surga!

والحياه ما هي إلا قصة قصيرة !!
( من تراب .  تراب . إلى تراب )
( ثم حساب . فثواب . أو عقاب )
Hidup ini adalah cerita pendek, dari tanah, di atas tanah, dan kembali ke tanah,
Lalu hisab (yg hanya menghasilkan dua kemungkinan); pahala atau siksa.

فعش حياتك لله - تكن أسعد خلق ﷲ
اللهم لك الحمد كما ينبغي لجلال وجهك وعظيم  سلطانك
Maka, Hiduplah utk Allah niscaya kau akan jadi makhluk-Nya yg paling bahagia.

Ya Rabb utkmu segala puji yg layak utk kemuliaan wajah-Mu dan keagungan kekuasan-Mu!

Hakekat Seorang Anak


Pada dasarnya kita hanyalah beban untuk orang tua kita.
Ketika diceritakan bgaimana rasanya ibu mengandung selama 9 bulan. kita hanya termenung sejenak dan lupa begitu saja karna itu semua sudah berlalu.
Ya.. Kita hanya bisa merasakannya sebatas itu karna kita tidak merasakannya secara langsung.

Ketika kita lahir...
Ayah yang sebelumnya bisa sholat berjamaah di masjid, ibu yang bisa mengerjakan pekerjaan rumahnya tiap hari. Namun semenjak kedatangan kita, ayah merelakan pahala 27% nya demi anak yg belum tau jika sudah besar jadi seperti apa. Ibu yg rela me rapel segala pekerjaan rumahnya, bahkan hingga ayah yg mengerjakan semua itu. Mereka yang sebelumnya bisa tidur pulas, kini harus bangun tiba-tiba hanya untuk menuruti kemauan kita.

"Maka Nikmat ALLAH Mana Lagi Yang Engkau Dustakan


Bismillah..

Jika kita sedikit membuka mata lebih lebar lagi untuk melihat realita kehidupan di zaman sekarang, banyak orang sedih kehilangan dunia, tapi tidak sedih kehilangan agama dan akhirat. Banyak orang berpacu mati-matian sampai jatuh sakit untuk mengejar dunia, tapi ogah-ogahan dan tidak mau susah sedikitpun untuk mengejar akhirat.
Walaupun fakta kita berdoa 'robbana atina fiddunya hasanah, wa fil akhirati hasanah, wa qina adza bannar'. Tapi itu doa masih kosong dalam tatanan realita dan tatanan sehari-hari. Mereka gundah kalau terlambat hadir di stadion sepak bola ataupun di acara musik, tapi tidak pernah risih terlambat datang ke masjid ataupun majelis ilmu.

Senin, 23 Juni 2014

Empat Kebaikan dan Amanah Istimewa

Secara global bahwa manusia diberi amanah untuk menghambakan diri kepada Allah SWT, menjadi khalifah
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”

Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau Menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.

Yang dimaksud perbuatan keji (faahisyah) ialah dosa besar yang mana mudharatnya tidak hanya menimpa diri sendiri tetapi juga orang lain, seperti zina, riba. Menganiaya diri sendiri ialah melakukan dosa yang mana mudharatnya hanya menimpa diri sendiri baik yang besar atau kecil. (QS.Ali Imran 3 : 133-135)

Menunda Kebaikan adalah Kerugian Besar

” Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (Qs. Al-Baqarah [2]:195)

Sesungguhnya manusia diciptakan untuk beramal, kemudian ia akan dibangkitkan pada hari Kiamat nanti untuk mendapatkan balasan atas amal-nya itu. Ia tidak diciptakan untuk bermain-main lantas ditinggalkan begitu saja tanpa ada pertanggungjawaban. Orang bahagia ialah orang yang bisa memberikan simpanan kebaikan untuk pribadinya yang didapat di sisi Allah subhanahu wata’ala. Dan orang celaka adalah orang yang memberikan kejelekan untuk pribadinya, akibatnya adalah kerugian dan kesengsaran.

Jangan Sampai menyesal Karena Waktu..!!

Dari Hasan Al-Bashri -Radhiallahu ‘anhu- diriwayatkan bahwa ia berkata: “Wahai anak Adam, sesungguhnya kamu tidak lain hanyalah perjalanan waktu; setiap kali waktu berlalu, berarti hilang sebagian dirimu.” (Siyaru A’laamin Nubalaa’ IV:585)

Diantara ungkapan Hasan lainnya: “Aku pernah bertemu dengan orang-orang di mana masing-masing mereka lebih pelit dalam memelihara umurnya daripada menjaga hartanya.” (“Syarhus Sunnah”, karya Al-Baghawi XIV:225)

Termasuk juga ucapan Al-Hasan dalam menasihati para sahabatnya agar mereka bersikap zuhud terhadap dunia dan menggairahkan mereka untuk mengejar akherat, beliau berkata: “Janganlah benda dunia fana yang sedikit ini melenakan dirimu, demikian juga janganlah mengukur-ukur dirimu. Semua itu akan berlalu dengan cepat mengikis umurmu. Kejarlah ajalmu, jangan lagi katakan: “Besok dan besok.” karena kamu tidak pernah tahu, kapan kamu akan kembali menemui Rabb-mu.” (“Hilyatul Awliyaa” II:140)

Bahaya Riba

Sesungguhnya keberadaan kita di dalam kehidupan dunia ini tiada lain hanyalah untuk menghambakan diri kepada Allah ta’ala semata. Hal ini sebagaimana Allah nyatakan dengan terang dan gamblang di dalam firman-Nya: 

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ
“Dan Aku tidaklah menciptkan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah hanya kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)  

Untuk mewujudkan tujuan dan hikmah yang sangat agung dari penciptaan dua makhluk ini, Allah mengutus para nabi dan rasul-Nya dengan membawa aqidah yang lurus dan syariat yang sempurna agar mereka menyampaikannya kepada umatnya masing-masing. Dan nabi kita, Muhammad shallallahu alaihi wasallam telah diutus oleh Allah sebagi penutup para nabi dan rasul dengan membawa syariat yang paling sempurna dan adil. Beliau telah menjalankan tugas dakwah yg sangat mulia ini dengan sempurna.

Kamis, 17 April 2014

Dalam Penantian



Sebut saja namaku Nisa. Aku adalah sulung dari 5 bersaudara. Sejak kecil kehidupanku serasa mulus-mulus saja. Orang tuaku mendidikku dengan baik. Aku hidup berkecukupan dalam segala hal. Segala kebutuhan hidup tidak pernah kurasakan ada yang kurang. Hidupku serasa sempurna, dan Alhamdulillah akupun bersykur.

Suatu saat dalam kajian rutin SMA, Murrrobiyahku menjelaskan tentang ujian. Ia menyatakan bahwa ujian yang diberikan kepada seseorang bisa jadi adalah tanda cinta Allah kepada hamba-Nya karena bila seseorang lulus dalam ujian yang Allah berikan, ia akan dinaikkan derajatnya. Ketika itu aku merenung sejenak dan bertanya dalam hati, “kenapa hidupku mulus-mulus saja ya?” aku pun memberanikan diri untuk bertanya. “Mba, kok saya tidak pernah mendapat ujian  yang berat ya? Apakah itu berarti apakah Allah tidak sayang sama saya?” polos dan lugu sekali pertanyaanku itu. Murrobiyahku pun menjelaskan bahwa kelapangan dan kemudahan adalah merupakan ujian. Bisa jadi hal itu justru lebih sulit untuk dilalui manusia. Di saat lapang itu, kita juga harus mempersiapkan bekal keimanan untuk menghadapi ujian.

Sisi Indah Musibah


“karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS an-Nisa’: 19)

Syeikh ath-Thanthawi menyebutkan suatu kisah, bahwa ada seseorang yang dating ke bandara. Dan ia memiliki tujuan sangat penting dalam perjalanannya. Karena kelelahan, ia tertidur saat menunggu boarding pesawat, sehingga ia tertinggal pesawat yang mengangkut lebih dari 300 penumpang. Tatkala ia terbangun, pesawat baru saja take off. Serasa sesak dadanya karena kecewa dan menyesal. Tapi sejurus kemudian ada berita bahwa pesawat yang rencananya ditumpanginya terjadi kecelakaan sehingga seluruh penumpangnya terbakar. Ketika itu, ia merasa bersyukur karena terhindar dari kecelakaan.

Senin, 07 April 2014

SECERCAH CAHAYA TAUHID ITU MENEMBUS SANUBARIKU



Hidayah ditangan Allah swt. Tiada seorangpun yang mampu menerka hidayah itu berlabuh pada siapa. Juga, tak ada seorang pun yang tahu seberapa lama hidayah itu bersemi di hati. Hari ini seseorang mendapatkan hidayah. Bisa jadi hari berikutnya hidayah itu terlepas. Tercerabut dari dasar hatinya yang terdalam. Jadilah dirinya tersungkur dalam kubangan nan menistakan. Nas’alullaha as-salamah wal’afiyah (kami memohon kepada Allah keselamatan dan afiyah).

Jika Rindu Dia

Tak bisa disangkal, manusia akan selalu bersentuhan dengan cinta. Sementara kecintaan memberikan buah kerinduan, orang yang tercinta akan rindu kepada orang yang dicintainya. Kerinduan kepada kekasih, sering kali membekaskan duka. Karena sudah tahu pacaran bukanlah jalan yang halal untuk ditempuh, maka nikahlah jalan satu-satunya yang jadi pilihan. Padahal si pria belum mampu member nafkah lahir. Wanita pun masih muda dan dituntut oleh orang tua untuk menyelesaikan sekolah atau meraih gelar. Akhirnya, karena tidak kesampaian untuk nikah, maka pacaran terselubung sebagai jalan keluar karena tidak kuat menahan rasa rindu pada si dia. Lewat chatting, inbox fb atau sms jadi jalur alternative.

Rabu, 12 Maret 2014

Jangan Lambat Untuk Taat Sebelum Nantinya Tak Lagi Sempat



“Hingga apabila datang kematian kepada seorang dari mereka, dia berkata ; wahai Rabbku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak, sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkan saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka di bangkitkan.” (QS al-Mukminun : 99-100)

Rabi’ bin Khutsaim, seorang ulama memiliki cara unik untuk mengobati hati yang keras. Beliau membuat galian tanah di rumahnya. Ketika suatu kali beliau rasakan kerasnya hati, beliau masuk keliang tanah itu lalu berbaring beberapa saat. Kemudian beliau membaca ayat, 

“Rabbku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan.

Kamis, 27 Februari 2014

Membangun Tangga-Tangga Menuju Surga

Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridaiNya Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hambaKu dan masuklah ke dalam surgaKu (al Fajr 27-30)

Kudengar ayat itu dari murobbiyah pertamaku di waktu SMP. Seorang mahasiswi tingkat pertama yang rajin sekali berbagi di hadapanku pada hari Jum’at. Pembawaannya yang ceria dan suka bercerita membuatku jatuh cinta padanya. Kefasihannya dalam membaca Al Qur’an adalah sumber kerinduan untuk berjumpa dengannya.

Dialah yang mengajakku untuk menunaikan dua ibadah sunnah yang utama, Dhuha dan Tahajjud. Dialah yang mengingatkanku tentang pentingnya berbakti kepada kedua orang tua. Dialah yang tak malu-malu menasihatiku untuk tidak berpacaran. Dialah yang menuntunku untuk menjauhi hal-hal yang meragukan.

Seluruh ajakan, pengingatan, nasihat, dan tuntunan yang telah dia berikan membuatku mengerti tugasku yang sebenarnya di dunia ini. Tugas yang telah melekat sejak dulu hingga kelak aku menghadapNya: menjadi hamba Allah yang berjiwa tenang. Sungguh, tangga-tangga menuju surga itu telah kubangun melalui lisan dan perilakunya!

Ternyata, pembangunan tangga-tangga menuju surga tak berhenti. Terus berlanjut hingga aku berada di SMA. Murobbiyahku berganti. Dia amat berbeda dengan murobbiyahku yang dulu. Lebih tegas, namun tetap lembut. Lagi-lagi, kefasihannya dalam membaca Alquran membuatku kagum. Kehadirannya dalam pertemuan pekanan nyaris tak pernah tergantikan. Padahal, dia juga seorang aktivis dakwah kampus yang padat dengan berbagai kesibukan dan agenda.

Pada sebuah kesempatan, dia mengulas ayat ini:
Katakanlah: “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.
(at Taubah 24)

Seketika kutersentak. Baru kutahu, ternyata cinta kepada Allah, Rasul, dan Jihad harus didahulukan daripada cinta-cinta yang lain. Alhamdulillah, aku menyadari itu lewat perantaraannya.

Melalui lisannya, dia menyemangatiku untuk mulai berdakwah di jalanNya. Melalui teladannya, dia mengajakku untuk menjadi da’iyah yang profesional dan berwawasan luas. Melalui semangatnya, dia menyeruku untuk teguh menapaki jalan dakwah ini.

Lisannya, teladannya, semangatnya adalah bahan untuk membangun pondasi kecintaanku terhadap jalan dakwah. Hingga saat ini, aku masih mencintai jalan ini dan berusaha untuk teguh menapakinya meski tertatih. Sungguh, tangga-tangga menuju surga itu semakin meninggi lantaran seruanmu kepadaku untuk meninggikan kalimat Ilahi! []

Penulis : Ayu Novita Pramesti
Depok

Tiga Bulan Tidak Mampu Memandang Wajah Suami

Pernikahan itu telah berjalan empat (4) tahun, namun pasangan suami istri itu belum dikaruniai seorang anak. Dan mulailah kanan kiri berbisik-bisik: “kok belum punya anak juga ya, masalahnya di siapa ya? Suaminya atau istrinya ya?”. Dari berbisik-bisik, akhirnya menjadi berisik.

Tanpa sepengetahuan siapa pun, suami istri itu pergi ke salah seorang dokter untuk konsultasi, dan melakukan pemeriksaaan. Hasil lab mengatakan bahwa sang istri adalah seorang wanita yang mandul, sementara sang suami tidak ada masalah apa pun dan tidak ada harapan bagi sang istri untuk sembuh dalam arti tidak peluang baginya untuk hamil dan mempunyai anak.

Senin, 17 Februari 2014

Tenggelam Dosa di Dunia, Banjir Keringat di Akhirat



Mungkin anda pernah berada dalam situasi yang sangat gerah, matahari memancarkan sinarnya yang panas, sementara anda berada di tengah desak-desakkan dengan banyaknya manusia di sekitar kita. Peluh keringat mengucur deras, tenaga serasa terkuras dan tenggorokan serasa kering dan susah untuk bernapas. Tetapi, separah apapun yang pernah kita alami dan kita dengar itu semua tidak sebanding dengan apa yang kelak dialami oleh banyak manusia tatkala pada hari kiamat, hari dimana manusia berdiri di hadapan Allah swt.