Senin, 23 Juni 2014

Empat Kebaikan dan Amanah Istimewa

Secara global bahwa manusia diberi amanah untuk menghambakan diri kepada Allah SWT, menjadi khalifah
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”

Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau Menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.

Yang dimaksud perbuatan keji (faahisyah) ialah dosa besar yang mana mudharatnya tidak hanya menimpa diri sendiri tetapi juga orang lain, seperti zina, riba. Menganiaya diri sendiri ialah melakukan dosa yang mana mudharatnya hanya menimpa diri sendiri baik yang besar atau kecil. (QS.Ali Imran 3 : 133-135)

Menunda Kebaikan adalah Kerugian Besar

” Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (Qs. Al-Baqarah [2]:195)

Sesungguhnya manusia diciptakan untuk beramal, kemudian ia akan dibangkitkan pada hari Kiamat nanti untuk mendapatkan balasan atas amal-nya itu. Ia tidak diciptakan untuk bermain-main lantas ditinggalkan begitu saja tanpa ada pertanggungjawaban. Orang bahagia ialah orang yang bisa memberikan simpanan kebaikan untuk pribadinya yang didapat di sisi Allah subhanahu wata’ala. Dan orang celaka adalah orang yang memberikan kejelekan untuk pribadinya, akibatnya adalah kerugian dan kesengsaran.

Jangan Sampai menyesal Karena Waktu..!!

Dari Hasan Al-Bashri -Radhiallahu ‘anhu- diriwayatkan bahwa ia berkata: “Wahai anak Adam, sesungguhnya kamu tidak lain hanyalah perjalanan waktu; setiap kali waktu berlalu, berarti hilang sebagian dirimu.” (Siyaru A’laamin Nubalaa’ IV:585)

Diantara ungkapan Hasan lainnya: “Aku pernah bertemu dengan orang-orang di mana masing-masing mereka lebih pelit dalam memelihara umurnya daripada menjaga hartanya.” (“Syarhus Sunnah”, karya Al-Baghawi XIV:225)

Termasuk juga ucapan Al-Hasan dalam menasihati para sahabatnya agar mereka bersikap zuhud terhadap dunia dan menggairahkan mereka untuk mengejar akherat, beliau berkata: “Janganlah benda dunia fana yang sedikit ini melenakan dirimu, demikian juga janganlah mengukur-ukur dirimu. Semua itu akan berlalu dengan cepat mengikis umurmu. Kejarlah ajalmu, jangan lagi katakan: “Besok dan besok.” karena kamu tidak pernah tahu, kapan kamu akan kembali menemui Rabb-mu.” (“Hilyatul Awliyaa” II:140)

Bahaya Riba

Sesungguhnya keberadaan kita di dalam kehidupan dunia ini tiada lain hanyalah untuk menghambakan diri kepada Allah ta’ala semata. Hal ini sebagaimana Allah nyatakan dengan terang dan gamblang di dalam firman-Nya: 

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ
“Dan Aku tidaklah menciptkan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah hanya kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)  

Untuk mewujudkan tujuan dan hikmah yang sangat agung dari penciptaan dua makhluk ini, Allah mengutus para nabi dan rasul-Nya dengan membawa aqidah yang lurus dan syariat yang sempurna agar mereka menyampaikannya kepada umatnya masing-masing. Dan nabi kita, Muhammad shallallahu alaihi wasallam telah diutus oleh Allah sebagi penutup para nabi dan rasul dengan membawa syariat yang paling sempurna dan adil. Beliau telah menjalankan tugas dakwah yg sangat mulia ini dengan sempurna.