Sabtu, 25 Januari 2014

Jangan Salah Pilih Kekasih



“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah.” (QS. Al-Baqarah: 165)

Secara konteks asal, ayat diatas menjelaskan tentang sikap kaum musyrik yang membuat andad (tuhan tandingan Allah) lalu mencintai benda-benda tersebut layaknya cinta manusia kepada Penciptanya. Mereka menyembahnya, rela berkorban demi benda-benda itu dan memprioritaskannya diatas yang lain. Walaupun mereka beralasan, benda-benda itu hanyalah sarana mendekatkan diri kepada Allah, tapi faktanya benda-benda itu dijadikan tuhan karena Allah mekera lupakan. Adapun secara makna, ayat diatas bermakan luas. Bukan hanya berlaku bagi para penyembah berhala saja, tapi bagi semua yang membuat tandingan lalu memperlakukannya seperti para penyembah berhala memperlakukan tuhan-tuhannya. Sosok andad yang dahulu berwujud berhala, dapat malih rupa dalam wujud yang beragam tapi karakteristiknya tetaplah sama; dicintai, diagungkan dan dituhankan. Bentuknya bisa berupa harta, tahta, manusia bahkan berupa kesenangan atau hobi-hobi dan lain sebagainya.

Senin, 20 Januari 2014

Saat Hujan Justru Menghancurkan

Orang jawa bilang, Desember itu gede-gedenya sumber. Akhirnya pada bulan Desember, sumber atau mata air sedang besar-besarnya karena Desember adalah musim penghujan. Pada musim penghujan, hujan turun hamper setiap hari. Aliran sungai pun sering meluap dan sumur-sumur penuh terisi. Di satu sisi, kita bersyukur saat musim penghujan dating karena kemarau tak berkepanjangan. Tak terbayang betapa susahnya menjalani hidup jika musim kemarau berkepanjangan. Namun di sisi lain, kita juga sering ketar-ketir sangat musim hujan tengah lebat-lebatnya. Banjir, tanah longsor, dan badai kerap menjadi ancaman yang mengerikan. Bahkan bisa jadi jauh lebih mengerikan daripada kemarau panjang.

Apalagi jika mengingat bahwa zaman ini adalah zaman yang mendekati akhir. Ada banyak bencana alam sebagai tanda akhir zaman yang kerap muncul. Salah satunya adalah banjir bandang yang menghancurkan dan hujan tahunan tapi tak menumbuhkan tanaman. Rasulullah bersabda :

“Hari kiamat tidak akan terjadi sampai datangnya hujan deras yang menghancurkan rumah-rumah dari tanah liat (semen) dan tidak ada bangunan yang mampu bertahan kecuali rumah yang terbuat dari bulu.” (HR. Ahmad).


Rasulullah juga bersabda, “kiamat tidak akan terjadi sampai manusia di hujani hujan setahun namun bumi tak menumbuhkan apapun.” (HR. Ahmad)

Air, api, tanah, dan udara merupakan unsure alam yang kekuatannya sangat sulit dibendung. Jika sudah banjir, apalagi disertai badai, rasa-rasanya tak tersisa lagi tempat bersembunyi. Bangunan yang kokoh bisa roboh karena pondasinya tergerus arus. Pohon tumbang dan tanaman rusak, jembatana dan jalanan ambrol, listrik padam dan kehidupan serasa terhenti. Banjir seperti sapu jagad yang meluluh lantakan bumi. Jangankan hujan setahun, hujan deras seharian penuh saja dapat menyebabkan banjir yang bisa menenggelamkan satu kota dengan setinggi lutut. Bahkan gerimis beruntun selama dua hari pun sudah cukup membuat orang menjadi khawatir.

Ada yang mengartikan, hujan yang tidak menumbuhkan tanaman adalah hujan asam. Hujan asam adalah hujan dengan kadar Ph rendah, dari kadar normal sebesar 6 menjadi 5 atau 4. Jika hujan dengan kadar keasaman normal berfungsi melarutkan mineral dalam tanah, hujan asam justru akan merusak tanaman bahkan tanah. Penyebab hujan asam adalah aktifitas industri, kendaraan bermotor, dan pembangkit listrik. Gas-gas yang dihasilkan terbawa angin menuju atmosfer lalu menjadi hujan asam. Akibat terbesar dari adanya hujan asam adalah menipisnya bahan pangan (paceklik).

Dalam riwayat lain disebutkan, “musim paceklik bukanlah musim saat mana hujan tidak pernah turun, akan tetapi musim paceklik adalah musim ketika hujan turun tapi tidak menumbuhkan tanaman.” (HR. Ahmad)

Tapi beginilah kondisi akhir zaman. Tidak ada yang bisa disalahkan selain manusia sendiri. Terjadinya berbagai macam musibah, khususnya banjir disebabkan oleh manusia itu sendiri. Sebuah akibat dari kesalahan yang menumpuk dari hari ke hari. Kesalahan dari segi kauni maupun syar’i. secara kauni, kesewenangan dan kedzaliman manusia terhadap alam menjadi pangkalanya. Ketika mengubah lahan serapan air menjadi bangunan, mereka hanya berorientasi uang tanpa memperhatikan keseimbangan alam. Kebiasaan buruk membuang sampah sembarangan pun menjadi penyakit yang entah kapan bisa dibasmi. Saat musim hujan dating, banjir pun rutin terjadi. Adapun secara syar’I, musibah yang dating seringnya adalah hukuman akibat dosa yang kian banyak dilakukan. Dosa individu maupun kolektif. Dan seperti kita tahu, adakalanya Allah menimpakan hukuman yang merata, dirasakan oleh yang maksiat maupun yang taat.
Allah berfirman yang artinya, “Dan peliharalah dirimu daripada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang dzalim saja diantara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.” (QS. Al-anfal: 25)

Tujuan dari firman Allah swt diatas tentu saja bukan sekedar menakut-nakuti dan membuat khawatir. Sabda mengenai berbagai peristiwa di akhir zaman merupakan peringatan bagi mukmin agar waspada. Kalaupun terpaksa harus ikut merasakan, minimal tidak ikut andil menjadi penyebabnya. Tidak menjadi oknum yang menebangi hutan sembarangan, tidak membuang sampah sembarangan dan bukan pelaku kemaksiatan besar yang menyebabkan turunnya hukuman. Jangan sampai kita mengeluh atas musibah yang menimpa, padahal secara tak sadar kita juga menjadi salah satu oknum penyebabnya.

Nasalullaha al ‘afiyah, semoga Allah melindungi kita dari semua bencana. Dan jika kita diuji dengan musibah dan bencana, semoga kita dapat bersabar dan apa yang hilang diganti oleh Allah. Rasulullah mengajarkan, ketika tertimpa musibah hendaknya memohon pahala dan kesabaran serta ganti yang baik dalam doa : “Ya Allah, berilah pahala atas musibah yang menimpaku dan berilah aku ganti yang lebih baik.”

Wallahua’lam. (T. Anwar)


Karena Waktu Takkan Kembali

Bagi sebagian orang , awal tahun baru ditandai dengan perayaan yang meriah, meniup terompet, menyalakan petasan dan berpesta sampai pagi. Bagi yang  lain itu adalah waktu untuk merenung dan mengintrospeksi diri. Alih-alih merayakan, mereka khawatir dan takut. Alih-alih berpesta, mereka berpikir dan merenung. Karena setiap tahun yang lewat berarti berkurang jatah hidup mereka. Setiap tahun yang lewat membawa mereka lebih dekat dengan kematian.

Mereka sadar bahwa setiap tahun, bulan, dan hari yang lewat membawa mereka lebih dekat pada peristiwa yang tak terelakkan ketika mereka bertemu di akhirat. Membawa mereka lebih dekat dengan pertemuan mereka dengan Rabb mereka. Ketika mereka haru berdiri di depan-Nya dan menjawab tentang semua yang mereka lakukan. Mereka sadar bahwa waktu telah berlalu tidak akan pernah kembali. Mereka tahu bahwa mereka tidak mempergunakan sebagian besar waktu mereka dalam ketaatan kepada Allah, mereka pasti merugi.

Itu karena Nabi berkata, “Pada hari kiamat, kaki anak Adam tidak akan bergerak sampai ia ditanya tentang empat hal: bagaimana ia menghabiskan hidupnya, bagaimana ia menghabiskan masa mudanya, dari mana ia memperoleh kekayaan dan bagaimana ia menghabiskan, dan apa yang ia lakukan dengan pengetahuan.” (HR. Tirmidzi)

Senin, 13 Januari 2014

Hati Seluas Samudera



Tidak ada manusia yang sempurna, termasuk siapa yang kini menjadi pasangan kita, itu kita fahami. Dari sana, sudah pasti ada hal-hal yang berpotensi menimbulkan kekecewaan. Apalagi jika kita bertemu dengan orang-orang perfeksionis yang cenderung tidak mentolelir adanya kekurangan. Kita membutuhkan kedewasaan sikap dan toleransi yang cukup agar merasa nyaman saat menjalin hubungan. Sehingga kita bisa percaya diri di satu sisi dengan sisi lain menyadari kekurangan yang ada.tapi bagaimana jika yang kita temui adalah sikap selalu menyudutkan kita karena berbagai kekurangan yang kita miliki tanpa melihat kelebihan yang kita punya. Dan sedihnya, dia adalah pasangan kita sendiri? Sakit rasanya…!!

Jangan Mengeluhkan Allah Kepada Manusia



Curhat, mencurahkan isi hati atau berbagi rasa. Bagi wanita, curhat seakan menjadi kebutuhan primer atau mungkin masuk kategori ‘tuntutan alamiah’. Hidup serasa hampa tanpa teman curhat. Pernyataan ini tidaklah lebay alias berlebihan karena memang secara psikologis dan perilaku alamiahnya wanita cenderung menempatkan diri sebagai objek yang dicintai, dikasihi, dan dimengerti. Curhat menjadi media bagi wanita untuk mendapatkan simpati dan pengertian. Oleh karenanya, setiap wanita biasanya memiliki partner curhat. Bisa sahabat, mentor atau ustadzah, saudara, suami, ibu dan lainnya. Bahkan, menurut survey yang dilakukan Galaxy Research, sebanyak 62 persen responden wanita menyatakan hewan piaraan seperti anjing, kucing, bahkan benda matipun menjadi sasaran curhatan yang dinilai jauh lebih asik daripada manusia.waahh.. (eyes rolling)

Sabtu, 11 Januari 2014

Bahaya Dosa Jariyah, Terus mengalir dan Bertambah



“dan sesungguhnya mereka akan memikul beban (dosa) mereka, dan beban-beban (dosa yang lain) di samping beban-beban mereka sendiri, dan sesungguhnya mereka akan di Tanya pada hari kiamat tentang apa yang selalu mereka ada-adakan.” (QS. Al-Ankabut : 13)

Mundzir meriwayatkan dari Ibnu al-Hanifiyah bahwa dahulu Abu Jahal dan para dedengkot Quraisy memprovokasi orang-orang yang telah didakwahi Nabi SAW. dan masuk islam. Mereka berkata, “Muhammad mengharamkan khamr, zina, dan mengharamkan apa-apa yang di;akukan oleh orang-orang Arab, maka kembalilah kaliad (murtad dari islam), biarlah kami nanti yang akan memikul dosa-dosa kalian…” lalu turunlah ayat :

“dan sesungguhnya mereka akan memikul beban(dosa) mereka, dan beban-beban (dosa yang lain) disamping beban-beban mereka sendiri…” (QS. Al-Ankabut : 13)

Jumat, 10 Januari 2014

Tentukan Pilihan dan Hadapi Kenyataan

Dialah Asiyah, permaisuri Fir’aun seorang raja besar yang sangat legendaries. Memiliki pasukan yang sangat banyak dan kuat. Hidup dalam kemewahan, dimanjakan suaminya dan dimuliakan oleh rakyatnya. Hingga tatkala ia memprklamirkan keimanannya kepada Allah, segalanya menjadi berubah seketika. Abul Aliyah nerkata bahwa Fir’aun mengetahui keimanan istrinya, lalu dia keluar dihadapan khalayaknya ramai seraya berkata, “apa yang kalian ketahui tentang Asiya binti Muzahim?” mereka memujinya. Maka Fir’aun berkata kepada mereka, “sesungguhnya dia menyembah Tuhan selain aku.” Mereka berkata, “(jika demikian) bunuhlah dia.” Kemudian dibuatkan untuknya tiang. Setelah itu tangan dan kakinya diikat.

Pilihan Dengan Banyak resiko

Memang, ketika seseorang menetapkan pilihannya dijalan yang Allah gariskan, berarti dia telah siap dengan berbagai resiko. Tawakal sebelum keberangkatan tidak kemudian menghilangkan aral melintang dan mengubah jalan menjadi tol yang mulus dan lancar. Akan tetapi, supaya diberi kekuatan untuk bisa melampaui semua hambatan dan rintangan, maka jangan disangka bahwa ketika seseorang menjatuhkan pilihan hidupnya di jalan yang benar lalu kenikmatan dunia berduyun-duyun menghampirinya. Atau tiba-tiba ia mendadak kaya, banyak teman dan saudara, tak ada musuh dan panen sanjungan. Bahkan pilihan ini mengundang seabrek resiko duniawi dibelakangnya. Apalagi, ketika pilihan itu dijatuhkan saat seseorang berada diakhir zaman, dimana kebenaran akan dianggap aneh, warna kemaksiatan dan kesesatan lebih dominan daripada ketaatan. Begitu berat untuk bertahan dalam kebenaran, hingga keadaan diumpamakan Nabi Muhammad SAW dengan menggenggam bara api. Nabi Muhammad SAW bersabda : “akan datang atas manusia, suatu zaman dimana orang yang bersabar diatas agamanya seperti penggenggam bara api.” (HR. Tirmidzi, Al-Albani mengatakan shahih).

Syaikh as-Sa’di menjelaskan hadits tersebut, “ketika itu orang yang berpegang teguh pada agamanya sangat sedikit. Golongan minoritas tersebut keadaannya berat sebagaimana orang yang memegang bara api. Karena banyaknya penentang, bertebaran propaganda yang menyesatkan, merajalela syubhat yang menyebabkan keraguan. Kebanyakan manusia juga telah tenggelam dalam kesenangan syahwat dan menghamba pada dunia lahir bathin, serta terjangkiti lemah iman. Maka ketika itu, orang yang berpegang teguh terhadap agamanya menjadi asing, karena sedikitnya pendukung.” 

Seperti juga zaman ini, pilihan untuk meniti jalan kebenaran identik dengan memilih berbeda dengan orang kebanyakan. Disaat orang-orang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan pernghasilan, ia hanya menggunakan cara halal untuk mendapatkannya. Sehingga secara matematis, lahan penghasilannya terhitung sempit, cara mencarinya terbilang sulit. Hanya keimanan yang bisa membuatnya bisa bertahan. keyakinan bahwa takwa adalah solusi yang dengannya rezeki yang baik-baik akan dating. Wa man yattaqillaha yaj’al lahu makhraja wa yarzuqhu min haitsu laa yahtasib, barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah akan menjadikannya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tak terduga.

Ia juga yakin, bahwa cara yang sesat dan haram tidak akan menambah sedikitpun kalkulasi jatah rezeki yang telah Allah takdirkan untuknya. Sementara cara yang dilakukan dalam mencarinya akan menambah kalkulasi dosa. Bahwa banyak orang yang bertakwa diuji dengan sedikitnya harta memang fakta. Akan tetapi, itu bagian dari resiko dan pengorbanan yang menjadi batu ujian baginya untuk mendapatkan nikmat tiada tara dan tak ada habisnya. Karenanya, terhadap ujian-ujian itu mereka menikmatinya. 

Seperti Mush’ab bin Umair RA, sang duta pertama dalam islam. Di masa remajanya dikenal ketampanannya, mewah cara berpakaiannya, dan banyak gadis yang bisa dibilang tergila-gila kepadanya. Minyak wangi yang dipakainya meninggalkan bekas aroma yang bisa dikenali setelah kepergiannya. Akan tetapi pilihannya terhadap islam membuat ibunya murka. Beliau diboikot oleh keluarganya, hingga harus menerima kenyataan sebagai pemuda yang berpenampilan sedewrhana dan bahkan cenderung di bawah rata-rata. Tak hanya itu, ia telah mewakafkan dirinya untuk membuka jalan dakwah di Madinah yang penuh berkah dan memilih syahid sebagai akhir kehidupannya. Di perang Uhud, beliau gugur sebagai syuhada’ yang hanya memiliki kain yang ketika ditutup kepalanya maka tampaklah sebagian kakinya, dan jika ditutup kakinya tampaklah kepalanya. Ini bukan akhir yang tragis, akan tetapi permulaan dari kehidupan yang total bahagia tak ada kesedihan lagi padanya. Kenikmatan yang tidak ada lagi penderitaan apapun juga.

Pentingnya Halal Dalam setiap Hal




Sebelum memberikan contoh, Rasulullah memberikan mukadimah kedua sebagai tanda begitu pentingnya perkara halal. Yaitu perintah Allah dalam Al-Qur’an (perintah yang bermakna wajib) kepada setiap hambanya yang mukmin untuk makan dari yang halal, baik dzatnya maupun cara mendapatkannya. Hal ini juga diperintahkan kepada Rasul-Nya.

Semakin penting lagi perkara halal ini, ketika Rasul mengancam setiap orang yang tumbuh dalam keharaman dengan sabdanya, “setiap daging yang tumbuh dari yang haram maka api neraka lebih berhak menjilatnya.” (HR. Baihaqi)

Ke Neraka Juga Butuh Biaya


Saat bertekad memilih jalan kebenaran, para peneliti jalan al haq memang sudah siap menghadapi resiko dan konsekuensinya. Namun, kenyataan yang harus dihadapi sering kali lebih pahit daripada yang dibayangkan. Perjuangan meniti jalan kebenaran sangatlah berat. Ada luka, duka dan lara bahkan kehilangan harta, nyawa orang tercinta. Tapi bagaimanapun, semua itu harus ditanggung karena memilih jalan yang sebaliknya juga tak lebih ringan dan mulus jalannya.

Ya, memilih jalan kesesatan dan menjadi pembela kebathilan juga bukan pilihan yang selalu membawa kenikmatan. Lihatlah, mereka juga harus bersusah payah menegakkan kebathilan, berkorban waktu, harta, bahkan nyawa, dan juga kehilangan orang-orang yang tercinta demi sesuatu yang sia-sia. Sia-sia karena kebathilan memang tak menjanjika kehampaan dan keputusasaan di lembah jahanam.

Dunia Itu Surga Yang Penuh Syarat dan Ketentuan


Rasulullah bersabda, “Dunia itu penjaranya orang mukmin dan surganya orang kafir.” (HR. Muslim).
Bagi orang kafir, dunia menjadi surga karena mereka bebas menikmatinya. Berbagai kenikmatan yang disuguhkan dunia dapat mereka reguk tanpa ragu. Cara meraihnya pun bisa dengan segala cara. Mereka tidak perlu menggubris halal haram, sah atau tidak sah, sesuai syariat atau tidak. Adapun orang mukmin, segalanya dibatasi oleh syariat. Semuanya diatur dan harus berjalan sesuai aturan Allah. Disebut penjara karena kenikmatan yang ada didalamnya dibatasi dari jangkauan. Namun begitu, hal itu sama sekali tidak boleh membuat kita iri. Semua itu bukanlah kenikmatan tanpa syarat. Surga dunia, seperti apapun nikmatnya adalah surga yang memberlakukan banyak syarat dan ketentuan. Ada resiko, konsekuensi dan berbagai ketentuan sunah kauniyah yang berlaku.